Jumat, 29 Juli 2011

cara menanam lombok

A. PENDAHULUAN
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.
PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.

B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
• Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
• Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
• Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
• Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
• Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
- Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
- NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
• Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
• Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).

2. Benih
• Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
• Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)
1. Persiapan Persemaian
• Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
• Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian
• Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
• Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
• Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit
a. Penyakit
• Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
• Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
• Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.

b. H a m a
• Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
• Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
• Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip



D. FASE TANAM
1. Pemilihan Bibit
• Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
• Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam
• Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
• Plastik polibag dilepas
• Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama
• Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
• Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),
Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.
• Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)
1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.
Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :
Jenis Pupuk 1 - 4 minggu (kg) 5 - 12 minggu
(kg)
Urea 7 56
SP-36 7 28
KCl 7 28

Catatan :
- Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
- Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)
3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.
4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.
5. Pengamatan Hama dan Penyakit
• Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
• Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
• Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO
• Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
• Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha
• Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN
1. Pemanenan
• Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
• Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
• Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen :
• Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
• Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
• Penyortiran dilakukan sejak di lahan
• Simpan ditempat yang teduh
3. Pengamatan Hama & Penyakit
• Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusa

Kamis, 07 Juli 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh serta menjadi tempat melekatnya otot otot yang mengerakkan kerangka tubuh. Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi utama yaitu membentuk rangka badan, sebagai pengumpil dan melekat otot, sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru paru), sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan garam, ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain yaitu sebagai jaringan hemopoietik, untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Ostiomalasia adalah Penyakit rakhitis pada orang dewasa dan sebagaimana penyakit rakhitis, kelainan ini berkaiatan dengan gangguan deposisi kalsium pada matrik tulang (gangguan mineralisasi). Pengertian yang hampir sama menyatakan bahwa osteomalaisia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang (kondisi serupa pada anak dinamakan riketsia). Pada orang dewasa osteomalaisia bersifat kronis, dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletalnya telah selesai. (Arif Muttaqin, 2008).
1.2 Tujuan Pembahasan

Untuk bahan presetasi dan tugas kuliah dengan topik Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis osteomalisia

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Osteomalasia adalah mineralisasi osteoid yang tidak adekuat atau terlambat pada tulang spongiosa atau korteks, merupakan persamaan rakitis pada dewasa dan menyertai gangguan tersebut pada anak etiologi osteomalisia dan manifestasi klinis serta biokimiawinya sama yang terdapat pada rakitis (kamus kedokteran dorland: 2002).
Osteomalaisia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang (kondisi serupa pada anak dinamakan riketsia). kelainan ini berkaiatan dengan gangguan deposisi kalsium pada matrik tulang (gangguan mineralisasi). Pada orang dewasa osteomalaisia bersifat kronis, dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletalnya telah selesai. (Arif Muttaqin, 2008).
2.2 Etiologi
Osteomalaisia terutama disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan asidosis tubulus ginjal. Ada berbagai kasus osteomalisia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral .
Faktor resiko terjadinya osteomalaisia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorbsi, gastrektomi, gagal ginjal kronis, terapi anti konvulsan berkepanjangan, dan kekurangan vitamin D (diet sinar matahari). (Arif Muttaqin, 2008)



2.3 Manifestasi klinis
gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalaisia adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang, sebagai akibat kekeurangan kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot, klien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang, pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot). Verterba yang melunak mengalami kompresi sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk torak (kifosis).
sakrum terdorong kebawah dan kedepan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menggambarkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada ibu hamil yang terkena penyakit ini, kelemahan dan ketidak seimbangan meningkatkan resiko jatuh dan fraktur (Arf Muttaqin, 2008: 382)
2.4 Patofisologi
osteomalaisia dapat terjadi akibat kegagalan absorbsi kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh, kelainan gastro intestinal karena absorbsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalaisia kehilangan vitamin D (bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium, kalsium diekskresikan melalui feses dalam kombinasi dengan asam lemak, kelaianan ini meliputi penyakit seliak, obstruksi traktus biliaris kronis, pangkreatiis kronis dan reseksi usus halus (Arif Muttaqin: 2008 hlmn, 381)
Penurunan pengaktifan vitamin D oleh ginjal sehingga terjadi penurunan penyerapan kalsium diusus dan penurunan kadar kalsium serum. selain itu, penurunan fungsi ginjal menyebabkan penumpuakn ion ion fosfat dan hiperfosfatemia yang menyebabkan sekresi hormon paratiroid, menyebabkan resorpsi tulang. Penurunan kadar kalsium serum merangsang pelpasan horman paratiroid peningkatan penguraian tulang mempermudah patah tulang.(elizabeth j. Corwin.2009 hlm: 709)
gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis, kalsium yang tersedia dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari skelet sebagai usaha untuk mengembaliakan pH fisiologis. Selama pelepasan kalsium skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista tulang, glomerulonefretis kronis, uropati obstruksi, dan keracunan logam berat mengakibatkan berkuarang nya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.
• Pathway of Osteomalaisia




















2.5 Pemeriksaan penunjang
# Radiologis: pada foto rontgen terlihat deformitas yang luas pada rangka tulang (penekanan verterba ,distorsi pelvis, pembengkokan tulang panjang) dan penipisan seluruh tulang, pada sindrom milkman terlihat pesoudo fraktur pada tulang iga, pelvis, dan pangkal femur, pemeriksaan verterbra adanya patah tulang kompresi tanpa batas verterbra yang jelas.
Gambaran mikroskopis yang dapat ditemukan adalah pelebaran daerah osteosit disekitar tulang yang mengalami klasifikasi, pada osteomalaisia yang berat, dapat ditemukan peseoudofraktur yang dikenal sebagai sindrom milkman.
# Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan laboratorium pada osteomalaisia menenjukan peningkatan fofatse alkali darah, penurunan fosfat darah, kalsium urine dan ekskresi kreatinin rendah.
# biopsi tulang menunjukan peningkatan jumlah osteoid.
2.6 Penatalaksanaan
 Atasi penyebab dasar osteomalasia
 Pemberian diet kaya protein dan kalsium serta vit D
 Pemberian vit D dan kalsium dosis tinggi akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstra sel sehingga tersedia ion kalsium dan fosfor untuk meningkatkan klasifikasi dalam matrik
 Pemajanan sinar matahari sebagai radiasi ultra violet untuk mentransformasi bahan kolestorol (7-dehidrokolesterol) yang tersedia dalam kulit menjadi vit D perlu dianjurkan
 Osteotomi bila terjadi deformitas yang menetap Pemantauan jangka panjang klien diperlukan untuk meyakinkan stabilisasi / kekambuhan osteomalasia




2.7 Asuhan Keperawatan Teori pada pasien dengan osteomalaisia
A. pengkajian
1. identitas
Didalam identitas meliputi Nama, Umur, jenis kelamin, Alamat, pendidikan, No Registrasi, status Perkawinan, Agama, Pekerjaan, tinggi Badan, Berat Badan, Tanggal Masuk rumah Sakit.
2. keluhan utama
Klien osteomalisia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggung bawah dan ekstrimitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas, klien mungkin datang dengan fraktur,
a. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mengalami gagal gijal, penyakit hati misal hepatitis dan lainya, apakah pasien menjalani terapi anti konvulsan, apakah pasien menderita penyakit obstruksi traktus biliaris kronis, pangkreatitis kronis, reseksi usus halus.
b. Riwayat penyakit sekarang
nyeri tulang dan nyeri tekan tulang, sebagai akibat kekeurangan kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot, klien mungkin akan mengalami cara jalan bebek atau pincang,
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita penyakit yang sama, atau sakit yang lainnya.
d. Riwayat psikososial
Psikososial sangat berpengaruh terhadap psikologis pasien dengan timbul gejala gejala yang dialami apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya
3. Pola Fungsi Kesehatan
Pada pola fungsi kesehehatan mungkin ditemukan defisit pola nutrisi dan metabolisme, pola aktifitas dan latihan yang tidak adekuat karena mengalami keterbatasan gerak akibat dari penyakitnya, mungkin juga pola persepsi dan konsep diri yang berhubungan dengan deformitas tulang
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatakan deformitas skelet, deformitas verterba, dan deformitas lengkungan tulang panjang yang membuat penampilan klien menjadi tidak normal dan jalannya membebek, dapat terjadi kelemahan otot, klien ini merasa tidak nyaman dengan penampilan mereka.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Rasa nyaman nyeri Berhubungan dengan Nyeri tekan tulang dan Kemungkinan fraktur.
2. Gangguan konsep diri berhubungan tungkai melengkung, jalan bebek, devormitas verterba
3. Defisiensi pengetahuan mengenai proses penyakit dan program tindakan.
C. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
1 Defisiensi pengetahuan mengenai proses penyakit dan program tindakan Klien mampu menjelaskan proses penyakit dan program tindakan

Terpenuhinya pengetahuan mengenai proses penyakit dan program tindakan 1. Pemberian informasi dan pengetahuan tentang proses penyakit dan program tindakan.
2. Penyuluhan klien difokuskan pada penyebab osteomalisia dan pendekatan untuk mengontrolnya.
3. Klien diberi infomasi mengenai sumber kalsium dan vitamin D (mis.. susu dan seral yang diperkaya telur hati ayam).
4. Keamanan penggunaan suplement harus dikaji ulang, karena vitamin D dosis tinggi sanagat toksik dan meningkatkan resiko hiperkalsemia, perluditekankan pentingnya pemantauan kadar kalsium serum.
5. Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada klien
2 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur. Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasiil;
Tidak terjadi nyeri
Skala nyri < 3
P, Q, R, S, T (tidak dirasakan) 6. Penurunan sensasi nyeri lakukan melalui stimulasi fisik,
7. Manjemen nyeri dan terapi farmakologis dipergunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan dan nyeri.
8. Lakuakn secara berlahan lahan dalam mengubah posisi klien
9. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
10. Ajarakan dan anjurkan untuk distraksi pemusatan pada pembicaraaan, televisi, dan kegitan santai lainnya. (dapat menurunkan persepsi nyeri klien).
11. Pemberian analgesik diperluakan untuk mengurangi ketidak nyamanan
3 Gangguan konsep diri berhubungan dengan tungaki melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra Meningkatkan status psikologis
Kriteria Hasil :
Klien menunjukan kepercayaan diri mengenai kemampuannya. 12. Bentuk sebuah hubungan kepercayaan antara perawat dengan klien,
13. Dorong klien untuk mengenlai dan menggunakan kekuatan yang dimilikinya
14. Dorong keluarga dan sahabat untuk berInteraksi dengan klien. (interksi sosial dapat membantu membrikan rasa diterima tanpa memperhatiakn perubahan fisik)

D. Implementasi
Pelaksanaan sesuai dengan intervensi, catat setiap waktu tindakan meliputi jam, tanggal, bulan, dan tahun serta hasil dari implementasi.
E. Evaluasi
Kriteria hasil yang diharapkan sesuai dengan tujan awal perencanaan adalah sebagai berikut.
1. Klien mampu menjelaskan proses penyakit dan program tindakan
2. Klien menytakan perasaan nyaman atau neri berkuarang/ terkondisi sesuai keadaan.
3. Klien menunjukan kepercyaan diri mengenai kemampuannya.
Catat Evaluasi sesuai kriteria hasil, gunakan catatan perkembangan dalam mengevaluasi gunakan soap atau soapier.